Ah, boleh-boleh aja, tapi jangan sampe N4sIoNaL15m3 ini menjadi Chauvinisme. Boleh cinta bangsa (Ini direkomendasikan Sukarno!!) tapi, jangan sampe kayak di Jepang sebelum akhir PD2, yang sampe bikin kondisi “…dan jika darurat muncul, silakan korbankan [jiwa] Anda demi negara…”

Nasionalisme picik itu namanya. Lebih teknisnya, itu statisme/etatisme. Cinta negara (state), bukan bangsa (nation).

Jadi, mestinya nasionalisme kita itu kek di Yugoslavia dulu yang 11/12 ama rumusan nasionalisme Sukarno: yang aslinya bermaksud menghilangkan ‘pembatas’ karena SARA.

Jadi, nasionalisme ala Sukarno = Anti-SARA, bukan cinta negara. Cinta negara = Statisme yang bisa menjadi gerakan fasisme.

Hati-hati!

Dan untuk Gen-Z, mari kita promosikan, di sosmed, website dll, untuk Stop SARA disekitar kita. Para anggota Kongres Pemuda 2 sudah mendeklarasikan hilangnya pembatas SARA dengan Putusan Kongres Pemuda 2 yang terkenal dengan Sumpah Pemuda itu, sekarang kita mesti menjadi titik perubahan untuk Stop SARA.

Stop SARA = Nasionalisme yang ideal Selamat hari Sumpah Pemuda yang ke-CX.